(Dan 13:1-9.15-17.19-30; Yoh 11:1-45)
“Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya” (Yoh 11:38-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· “Untung dan bersyukur hari itu saya tidak jadi pergi ke Yogya dengan pesawat Garuda”, demikian kurang lebih beberapa komentar/reaksi terhadap musibah terbakarnya pesawat Garuda di Adisucipta-Yogyakarta 7 Maret yang lalu, sebagaimana diberitakan dalam berbagai media. Orang yang bersangkutan kiranya semakin bersyukur dan beriman kepada Allah alias ‘melihat kemuliaan Allah’. “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya” (Yoh 11:14-15), demikian kata Yesus terhadap para rasul. Para rasul kiranya belum percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah Almasih, Allah yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Dengan muzijat kebangkitan Lazarus dari mati, yang dilakukan oleh Yesus, baik para rasul maupun orang-orang lain yang menyakasikannya menjadi percaya kepada Yesus dan semakin memuliakan Allah. Peristiwa ini kiranya baik kita jadikan cermin bagi kita untuk mawas diri. Dalam hidup sehari-hari kiranya banyak hal atau peristiwa luar biasa terjadi tiba-tiba atau tak terduga sebelumnya, yaitu ‘penyembuhan’ atau ‘kebangkitan’ saudara-saudari kita dari kelemahan maupun kelesuan. Hemat saya jika kita ber- positive thinking terhadap sesama dan lingkungan hidup kita kiranya kita akan mampu melihat muzijat-muzijat, karya agung Allah dalam ciptaanNya yang lemah dan rapuh, entah dalam diri manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan/tanaman. Sebagai contoh: semalam suntuk kita tertidur pulas tidak tahu apa yang terjadi di sekitar kita dan dalam diri sesama kita, namun Allah senantiasa berkarya dalam diri mereka untuk memperbaharui, termasuk diri kita sendiri juga diperbaharui. Bukankah begitu terbangun dari tidur kita merasa segar dan melihat sesama dan lingkungan menjadi lain, semakin segar juga. Maka baiklah setiap pagi kita berdoa/berseru: “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat 3:22-23)
· “Aku terdesak sekeliling. Sebab jika hal itu kulakukan, niscaya mati menanti aku. Jika tidak kulakukan, maka aku tidak lolos dari tangan kamu. Namun demikian lebih baiklah aku jatuh ke dalam tangan kamu dengan tidak berbuat demikian, dari pada berbuat dosa di hadapan Tuhan.”(Dan 13:22-23), demikian kata Susana kepada kedua orang tua-tua yang akan memperkosa karena cinta birahi kepadanya. Susana berteriak keras menghadapi kedua orang tersebut sehingga tidak terjadi apa-apa, Susana tidak digauli oleh kedua orang tua tersebut. Kisah Susana yang dirayu dan digoda ini kiranya boleh menjadi pelajaran bagi rekan-rekan perempuan, lebih-lebih para gadis, ketika menghadapi ancaman untuk diperkosa. Baiklah sebelum laki-laki atau pemuda bertindak segeralah berteriak sekeras mungkin, sehingga ‘membangunkan/membangkitkan’ orang-orang di sekitar untuk membantu dan melindungi anda. Kiranya orang-orang baik lebih banyak di sekitar anda, dan jangan malu-malu untuk berteriak dan minta tolong. Sebaliknya kami berharap hendaknya rekan perempuan, lebih-lebih para gadis, tidak menimbulkan batu sandungan dengan penampilan diri yang merangsang laki-laki, melainkan menghadirkan diri dengan sopan dalam berpakaian maupun omongan, apalagi ketika sedang sendirian di jalan dst.. Demikian juga hendaknya tidak memakai hiasan-hiasan yang memancing penjahat, maklum para penjahat mungkin pertama-tama hanya tertarik hiasan (kalung, gelang dst..), namun nafsu birahinya dapat muncul ketika mendekati anda. Bantulah rekan-rekan lelaki untuk tidak jatuh ke perbuatan dosa dengan penampilan atau kehadiran diri yang tidak memancing ke perbuatan-perbuatan jahat/dosa.
“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)
Advertisements
Leave a Reply